Sunday, October 09, 2011

[fanfic] Oppa, Saranghae yo! (chapter V)

Anya terbangun dari tidurnya. Ia mendapati matanya basah lagi. Ia menangis dalam tidurnya. Anya menegakkan badannya di tempat tidur yang bercover biru muda dengan motif bunga miliknya. Anya duduk lama disana. Merenungkan apa yang baru saja di dengarnya kemarin. Ia heran, kenapa air matanya keluar saat itu? Pertanyaan yang sama berulang-ulang terus di benaknya, sampai ia sendiri bingung menjawabnya.

Saat Anya melirik sekilas ke arah jam beker di samping tempat tidurnya, ia mendesah. Sudah sepagi ini kenapa ia baru bangun? Segera ia turun dari tempat tidur dan merapikannya. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kamar mandi. Ia patutkan wajahnya di cermin kamar mandi. Seperti zombie. Ia tersenyum lucu.

“Wajah ku parah.” Kata Anya sambil mengusap-usap matanya.

Anya membasuh wajahnya dan menyisir rapi rambutnya. Tak ada waktu untuk mandi. Ia hanya menggosok gigi dan membasuh muka. Itu saja cukup untuk mengawali pagi.
Tinggal ganti baju, semua akan beres.

Setelah mengganti baju tidur dengan setelan jas berwarna orange, Anya segera meraih ponsel sekaligus tumpukan file dan agenda. Setelah yakin dengan penampilannya –berkali-kali Anya mematutkan penampilannya di depan cermin- ia segera keluar dari apartment untuk berangkat ke SA.

Di jalan menuju SA, seperti biasa, ramai akan selebritis-selebritis dan managernya yang sedang terburu-buru masuk ke gedung. Anya tidak seperti biasanya pagi ini. Kerjaannya sangat santai hari ini. Hanya membuat file laporan saja. Duduk diam di meja kerjanya, yang sudah lama tidak dia sentuh karena sibuk dengan pekerjaan luar.
Anya masuk lift dan menuju lantai 2 untuk menyelesaikan tugas di ruangan miliknya.

Tring..
Sampai..

Dengan langkah gontai, Anya keluar dari lift dan menuju ruangan miliknya. Saat hendak membuka pintu ia baru sadar ada yang terlupakan dari tadi malam.

“Dimana coklat-coklat ku?” gumam Anya di depan pintu. Sambil menggigit kuku jari telunjuk kanan, Anya bersikeras mengingatnya. Tapi nihil, semuanya tak ia ingat dengan jelas.

“Hoh, sudahlah.” Kata Anya menyerah pada akhirnya. Ia masuk ruangan dan menutup pintu dibelakangnya.

“Haaaaaaaaaahhhhhhhhh...” ia membuang napas dengan keras. Anya benar-benar lelah sekarang.

Rrrrrrr.... Rrrrrr.....
Ponsel milik Anya bergetar lama. Seketika itu juga, Anya mengaduk-aduk isi tas nya untuk mencari benda berbentuk kotak kecil yang bergetar hebat dari tadi. Ketemu!

Klik.

Yoboseyo,,” Anya mengangkat ponsel pribadinya yang berwarna putih bersih itu.

“...” tak ada tanggapan dari telepon seberang. Anya mengerutkan keningnya.

Yoboseyo!” Anya mengulangi mengucapkan ‘halo’ lagi. Tetap tidak ada tanggapan. “Cih, akan saya tutup jika anda tidak ada kepentingan lagi.” Kata Anya kesal. Suara yang ada di seberang terdengar berdehem ria.

Dame yo! Kore atashi da yo! _ Jangan! Ini aku!” terdengar bahasa jepang yang lancar dari suara di seberang telepon.

“Siapa?” Anya tetap menggunakan bahasa korea untuk bicara dengan orang diseberang telepon.

“Aku. Ayu.” Jawab orang diseberang menggunakan bahasa korea juga.
Anya membelalakkan matanya mendengar orang tadi menyebut namanya. “Tte??”

“Tidak usah terkejut seperti itu.” orang diseberang yang mengaku bernama Ayu terdengar tertawa kecil saat mendengar Anya meneriakkan kata ‘apa’.

“Ayu??” Anya berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya.

Un! Atashi da yo! _ iya! Aku!” kata gadis diseberang dengan nada ceria. “Hisashiburi, genki ka? _ Lama tidak jumpa, baik-baik saja?”

“Ayu nna?” Anya tetap belum yakin.

Un. Are! Dare ga tte anata o omotta?” masih menggunakan bahasa jepang, Ayu menanyakan ‘memangnya kau pikir siapa?’ kepada Anya.

Anya merasa pipinya terangkat karena ia sedang tersenyum lebar sekarang. “Ayu nna!!” teriaknya.

“Ha?”

“Benarkah ini kau?”

“Un..” Ayu meng-iyakan pertanyaan Anya menggunakan bahasa korea yang masih belum sempurna. “Dou desu ka? Genki? _ Bagaimana? Baik-baik saja?” karena dirasa dia belum fasih mengatakan lafal korea –perbedaan lafal korea dan jepang sangat bisa di dengar, lidah Ayu belum sepenuhnya menerima bahasa yang dicintai oleh Anya, temannya itu.

“Hahahaha, un! Genki da. _ Hahahaha, iya! Baik.” Jawab Anya. Sekarang ia yang menggunakan bahasa jepang.

Yokatta ne! _ Syukurlah!” terdengar helaan napas lega dari Ayu. Anya tersenyum mendengarnya.

“Aku merindukan mu.” Kata Anya tulus. Terlihat setitik bulir air mata di ujung matanya. Anya merasa lega mendengar suara orang diseberang sana terdengar lagi. Sudah lama ia tak mendengarnya.

“Eh?” suara terkejut Ayu membuat Anya salah tingkah,

“Bukan dalam artian negatif!” Anya buru-buru menambahkan maksud perkataannya.

“Hahahahaha. Arassou..” Ayu menarik napas dengan panjang lalu menghembuskannya dengan pelan. “Yaa, Anya,”

“Ng?”

“Nam-Gil ssi?”

Anya tampak gugup mendengar nama Nam disebut oleh Ayu. “Oppa?” suara Ayu diseberang sana terdengar benar-benar jahil saat mengatakan kata ‘oppa’.

Yaa!! Ayu nna!!” wajah Anya memerah sekarang. Walaupun Ayu tidak melihat secara langsung, tapi ia yakin wajah temannya itu memerah. “Darimana kau tahu?”

“Wah! Kau meremehkan jaringan informasi ku, ya?” Ayu terdengar tersinggung dengan pertanyaan Anya.

“Itu kan bukan kejadian yang diberitakan di stasiun-stasiun televisi.” Anya mengingat dengan jelas saat ia memanggil Nam dengan sebutan ‘kakak’ di Seoul Television beberapa waktu lalu. Ia yakin dengan jelas, tidak ada kamera saat itu.

Ayu terkekeh. “Jangan-jangan kau ada disana waktu itu?” Anya curiga kepada Ayu yang tengah terkekeh disana.

JUMP memang ada jadwal tampil di Seoul bulan Mei tahun depan.” Jelas Ayu.

JUMP?” mata Anya melebar.

“Iya. JUMP.

Hey! Say! JUMP??” Anya tampak histeris.

“Jangan berteriak!” Ayu menjauhkan ponselnya saat Anya berteriak tadi. “Iya. Hey! Say! JUMP.” Ayu membenarkan.

“Yuri ku akan datang??” Anya tampak antusias.

“Bukan hanya dia, semuanya akan datang kesana.” Jelas Ayu. “Sudah dijadwalkan untuk bulan Mei semuanya akan ke Seoul. Mereka mengisi acara selama sehari penuh di Seoul.”

“Yuri ku, dia akan datang! Yuri ku! Yuri ku!”

“Hentikan teriakan histerismu itu!” Ayu berusaha menenangkah Anya yang benar-benar histeris sekarang. “Yaa!! Anya nna!!”

Wae?

“Jadi, bagaimana dengan Nam-Gil oppa?” kembali ke topik awal.

“Nam-Gil ssi, dia,,” Anya berhenti bicara.

Ayu mendesah, “Haahh, kau belum mengatakan padanya, ya?” tebak Ayu.

Anya mengangguk, tapi segera ia sadar, tak mungkin Ayu melihatnya. Sebagai gantinya ia hanya mengatakan, “Un.” Sebagi jawaban atas tebakan Ayu.

“Kenapa?”

Anya menarik napas dan membuangnya, “Banyak kejadian diluar dugaan selama aku disini.” Kata Anya memberitahu Ayu keadaan yang sedang dialami.

Terdengar Ayu sedang menjatuhkan sesuatu di ujung sana. “Ah, maaf. Aku menyenggol tumpukan buku ku.” Kata Ayu menjelaskan.

“Haaaaahhhhh.....” Anya membuang napas berat.

“Kau seperti orang tua.” Ayu berusaha mencairkan suasana. “Kau ada dimana sekarang?”

“SA.”

“Sedang ada pekerjaan?”

“Sebenarnya akan kerja.”

“Bagus.” Anya menelengkan kepala karena tanggapan Ayu.

“Selesai kerja e-mail aku, ya!” pinta Ayu.

Anya mengangguk. “Arassou..

“Ada yang datang ke rumah. Aku tutup dulu. Annyeong!

Klik. Sambungan telepon mati. Anya menatap ponselnya dengan pandangan nanar, kemudian meletakkan ponselnya di meja kerjanya. Sekali lagi ia menarik napas dan membuangnya. Baru ia sadar tentang keahlian Ayu yang baru.

Eh? Dia bicara menggunakan bahasa korea? Sejak kapan ia belajar??

Anya tidak mau larut dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh otaknya sekarang. Ia memutuskan untuk mengerjakan kerjaannya yang harus diberikan kepada Direktur Park untuk diperiksa.


==============


Gadis yang tengah menutup flip ponselnya itu langsung berdiri dari duduknya ketika mendengar suara bel apartmentnya dibunyikan berkali-kali. Ia mengumpat pelan saat tersandung serakan buku-buku di bawah kakinya. Ia baru saja menyenggolnya tadi. Semua buku tebal yang berserakan tak mengurungkan niatnya untuk tetap melangkah.

“Akan kuurus kalian nanti.” Kata gadis itu sambil menunjuk buku-bukunya.

Segera ia keluar dari kamar dan berjalan ke pintu depan apartment. Ia mengintip dari lubang kecil di pintu, melihat siapa yang dari tadi asik memainkan bel apartmentnya. Seseorang yang menutup wajahnya dengan rangkaian bunga yang dibawanya.

Donata desu ka? _ Siapa?” gadis itu berkata agak keras supaya orang yang di depan apartmentnya mendengar.

Ore _ Aku.” Jawab orang itu singkat.

Deg. Suara ini??

Segera ia membuka pintu dengan tergesa. Ia mendapati seorang laki-laki yang tingginya 10cm darinya berdiri tegak di hadapannya. Laki-laki itu mengenakan setelan kemeja berwarna putih, sedang tersenyum hangat ke arah gadis itu saat gadis itu memandangnya dengan pandangan heran.

Doushita? _ Kenapa?” gadis itu masih menatap tamu nya tak percaya.

“Aku dengar dari Manager Yanagi, kau sedang sakit.” Laki-laki itu menjelaskan maksud kedatangannya. Gadis itu masih menatap tak percaya.

Sadar sedang ditatap seperti itu, laki-laki itu tersenyum kemudian menyerahkan karangan bunga mawar merah kepada gadis di depannya. “Uso da! Aitakute na! _ Bohong kok! Aku ingin bertemu denganmu!” katanya.

Gadis itu menyambut bunga yang disodorkan kepadanya. Bingung mau bicara apa, ia hanya tersenyum kikuk. “Arigatou _ Terimakasih.” Katanya lagi. Laki-laki itu tersenyum.

“Kau tidak menyuruhku masuk?”

Gadis itu tertawa, wajahnya merona merah. “Hahahahaha, douzo! _ Hahahahaha, silakan!” katanya sambil membuka lebar pintu.

Ojamashimasu _ Maaf mengganggu.” Kata laki-laki itu saat memasuki pintu apartment.

Douzo.” Kata gadis itu lagi.

Laki-laki itu menghirup udara di dalam apartment dengan wajah yang lega. Seperti menghirup udara segar di Bukit Ise, laki-laki itu juga merentangkan tangannya.

Ne, Ryosuke..” gadis itu memanggil laki-laki di depannya.

Laki-laki yang dipanggil Ryosuke itu menurunkan tangannya dan berbalik ke arah gadis yang berdiri di belakangnya. “Nani? _ Apa?”

Gadis itu menatapnya dengan sungguh-sungguh lalu kemudian menggelengkan kepalanya dan tersenyum. ”Nandemonai _ tidak apa-apa.”

Gadis itu hendak berjalan masuk saat Ryosuke memanggilnya lagi. “Ayu!”

Ayu memutar badannya dan menghadap Ryosuke. “Hai? _ Ya?”

Suki desu ka? _ Kau menyukainya?”

Ayu menelengkan kepalanya, “Nan no koto? _ Tentang apa?”

Hana ga. Suki? _ Bunganya. Kau suka?” Ryosuke bertanya dengan wajah cemas.

Ayu mengangguk dan tersenyum. “Un. Suki. Arigatou na!

Yokatta!” Helaan napas lega terdengar dari Ryosuke, membuat Ayu tersenyum dibuatnya.

Ayu berjalan ke arah dapur yang berada di dalam. Ryosuke mengikutinya dari belakang. Ryosuke duduk di kursi meja makan, melihat Ayu yang mengenakan celemek dapur berwarna orenji dan meletakkan bunga mawar pemberiannya di vas berwarna senada juga.

Tiap kali Ryosuke main ke tempat Ayu, ia sangat suka berlama-lama di dapur milik Ayu. Tertata rapi dan berwarna orenji. Dapurnya tidak luas, tapi menyenangkan jika dilihat. Sangat nyaman jika berada disini.

Setelah meletakkan vas berisi bunga mawar di tengah meja makan, Ayu mencondongkan badannya ke arah Ryosuke yang sudah merebahkan kepalanya di atas meja makan.

Nomitai ka? Nani ga ii ka na? _ Kau ingin minum? Mau minum apa?” tanya Ayu.

Tanpa mengangkat kepalanya, Ryosuke bertanya, “Juusu ga aru? _ Apa ada jus?”

Ayu mengangguk. “Un. Orenji wa ii n desu ka? _ Ada. Jus jeruk mau?”

Ii yo _ Boleh.”

Ayu membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol jus jeruk dari dalam sana. Ryosuke menegakkan kepalanya dan ditopang dengan dagunya, memperhatikan Ayu yang sedang repot di dapur dengan seksama. Tanpa sadar ia tersenyum melihat Ayu sibuk di dapur.

“Andai saja aku bisa melihat mu seperti ini setiap hari.” Gumam Ryosuke.

Ayu menoleh ke arah Ryosuke dengan pandangan bertanya. “Kau mengatakan sesuatu?” tanya Ayu.

Ryosuke merasa tertangkap basah. Ia gelagapan sekarang. “Ah, itu, anu.. aku lapar.” Jawab Ryosuke sekenanya.

Ayu mengangguk. “Yappari na _ sudah kuduga.” Ayu kemudian mengambil panci dan juga membuka kulkas untuk mengambil bahan-bahan masakan. “Akan ku buatkan kau sesuatu. Kau mau makan apa?” tanya Ayu menoleh ke arah Ryosuke.

Ryosuke menopang dagunya dengan tangan kanannya, tersenyum ke arah Ayu yang sedang berdiri memegang panci dan membuka kulkas. “Kau seperti istriku.” Kata Ryosuke kemudian.

Wajah Ayu berubah merah dan dia merasa gugup luar biasa. “Ah, itu.. aku tidak bermaksud untuk..”

“Sup miso.” Ryosuke mengatakannya dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya. “Selama aku di New York, aku tidak menemukan sup miso dimana pun.” Jelasnya.

Ayu mengangguk. “Wakatta _ Aku mengerti.”

Ayu segera mengeluarkan bahan sup miso dari dalam kulkas. Mengolahnya menjadi sup buatannya. Ia juga menggoreng ikan untuk lauk. Nasi sudah ada di dalam magic jar di pojok meja makan.

Hari memang masih pagi. Dan menu sup miso di pagi hari, sangat umum di keluarga yang bertempat tinggal di Negara Matahari Terbit ini. Ayu belajar mati-matian untuk membuat sup miso khas buatan tangan dia sendiri. Dan hasilnya, sangat memuaskan. Ini kali ke-3 Ryosuke sarapan di rumahnya. Saat para JUMP menginap untuk pertama kalinya disini, saat Ryosuke yang tiba-tiba datang ke apartmentnya pagi-pagi sekali –Ryosuke beralasan ia tengah jogging dan melewati apartment Ayu, karena lapar, ia mampir untuk makan. Dan sekarang, setelah perjalanan pulang dari New York untuk shooting video clip terbaru NYC disana.

“Bagaimana perjalanmu?” tanya Ayu sambil menyendok nasi ke dalam mangkuk. “Apa menyenangkan?”

“Sangat melelahkan.” Jawab Ryosuke.

Ayu meletakkan mangkuk beserta nasinya di hadapan Ryosuke yang sudah duduk tegak di kursinya. “Jam berapa kau tiba?”

“25 menit yang lalu.” Ryosuke menjawab sambil menaruh sumpitnya di samping nasi. Ayu sudah meletakkan mangkuk berisi sup miso di depannya juga. Tak lupa lauk ikan goreng buatan Ayu juga. “Aku tiba langsung membeli bunga dan datang kemari.”

Ayu menghentikan kegiatannya dan menatap Ryosuke. “Naze desu ka? _ Kenapa?”

Naze ga wakannai _ Aku tak tahu kenapa.” Ryosuke menjawab tanpa melihat Ayu yang sedang menatapnya.

Baka desu ka? _ Kau bodoh ya?” Ayu tetap tak melanjutkan kegiatannya. Sekarang ia benar-benar ingin menarik telinga Ryosuke dari tempatnya tertempel.

Ryosuke sekarang balas menatapnya, tersenyum lalu menggeleng. “Sudah kubilang aku ingin bertemu denganmu, kan?”

Ayu terduduk mendengar jawaban dari mulut Ryosuke. Tak bisa dipungkiri, kedekatannya dengan Ryosuke 6 bulan terakhir ini membuatnya mengerti akan Ryosuke. Perbedaan usia yang terpaut 1 tahun ini yang kadang membuat gusar Ayu. Tapi Ryosuke dengan tatapan ‘masa bohoh’nya mengatakan “Aku tak peduli tanggapan orang tentang perasaan ku pada gadis yang kusukai” kepada Ayu.

Ryosuke mengambil sumpitnya dan memegangnya di depan dada dengan kedua telapak tangan di satukan seperti memegang dupa, bedanya, sumpit di taruh di sela-sela kedua ibu jari dengan horizontal, jika dupa di tengah jari telunjuk membentuk vertikal.

Itadakimasu _ Selamat makan.” Ucap Ryosuke, lalu menyumpitkan nasi ke mulutnya sendiri, menyesap sup dan memakan ikannya. Ayu memperhatikan cara makan Ryosuke yang benar-benar lahap. Ayu tersenyum melihatnya.

Ayu berdiri dan menuang air hangat ke gelasnya, kemudian duduk lagi untuk menemani Ryosuke di meja makan. “Berapa hari kau tidak makan?” tanya Ayu penasaran saat Ryosuke mengangkat mangkuk nasinya yang sudah kosong, minta tambah lagi.

“Aku selalu makan, kok.” jawab Ryosuke dengan mulut penuh.

Ayu tersenyum dan menyerahkan mangkuk yang sudah berisi nasi pada Ryosuke. “Mite koto dekiru _ Aku bisa melihatnya.”

“Aku tidak se-gembul Dai-chan.” Ryosuke membela diri dan menerima mangkuk yang disodorkan.

Futari ga onaji yo ne _ Kalian berdua sama saja.” Kata Ayu tersenyum. Ryosuke menatapnya dengan mulut penuh nasi. Ada butir nasi menempel di bibirnya, Ayu tertawa kecil.

“Aku tidak sama dengan Dai-chan.” Ryosuke membela diri. Ayu tertawa sambil mengangguk, lalu berdiri dan mencondongkan badan ke arah Ryosuke. Ryosuke membelalakkan matanya saat Ayu hendak menyentuh bibirnya dengan tangan kanannya.

Nani?” ucap Ryosuke gugup.

Ayu menghentikan gerakannya saat tangannya hampir menyentuh bibir Ryosuke, menatap Ryosuke dengan tatapan jahil. “Kau pikir apa?” Ayu mengambil butir nasi yang menempel di bibir Ryosuke. “Kalau makan pelan-pelan.” Katanya lagi sambil tersenyum.

Ting.. Tong..
Bel apartment berbunyi lagi.

Akete kuru ne.. _ Aku buka pintu dulu dan segera kembali.” Kata Ayu sambil berdiri dan berjalan meninggalkan dapur. Ryosuke mengangguk sambil meneruskan sarapannya.


Donata desu ka?” tanya Ayu saat sampai di pintu depan.

Ore da yo~~” jawab orang di balik pintu. Suara kecil ini?

Ayu membuka pintu dengan segera. Di dapatinya 2 orang laki-laki dengan postur sedang, yang satu lebih kecil dari laki-laki yang membawa tas kertas belanjaan.

“Yurin, hisashiburi! Dai ohayo!” ucap Ayu dengan senyum terkembang.

Ojamashimasu~~” ucap Arioka Daiki langsung masuk begitu saja ke dalam. Membuat Ayu melotot ke arahnya.

Natsukashii~~ _ Kangeeenn~~.” Ucap Chinen Yuri sambil memeluk erat Ayu. Ayu balas memeluknya.

Atashi mo _ Aku juga.” Kata Ayu tulus. Yuri melepas pelukannya lalu mencium pipi Ayu sekilas. Ayu memebelalakkan matanya, Yuri hanya cengengesan.

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Ayu untuk menjauhi Yuri. Yuri memandang orang yang lebih tinggi darinya itu dengan pandangan kesal. Ia juga menarik tangan Ayu yang bebas.

Hora! Oniisan, hanasete yo! _ Hei! Kak, lepaskan!” kata pemuda yang menarik tangan Ayu dari Yuri.

“Ryuun..” ucap Ayu saat tahu siapa pemuda di sampingnya. Pemuda yang sudah dianggap adik sendiri oleh Ayu, Morimoto Ryuutaro.

Neechan daijobu? _ Kakak tidak apa-apa?” tanya Ryuutaro. Ayu mengangguk memberi jawaban, Ryuutaro tersenyum.

Ryuu-chan wa Ayu-chan ni ichiban hanasete yo ne! _ Ryuu yang pertama lepaskan dari Ayu!” Yuri tak mau kalah.

Iya da yo! _ Tidak mau!” Ryuu bersikeras mempertahankan Ayu di tangannya.

Hanase! _ Lepaskan!” Yuri menarik Ayu mendekat ke arahnya.

Iya da!” Ryuutaro tetap bersikeras.

Acara tarik menarik ini membuat Ayu geram. Sakit di tangannya membuat ia menjerit.

“Kyaaaaa~~!!!” teriak Ayu. Baik Yuri maupun Ryuutaro langsung melepaskan tangan mereka dari tangan Ayu yang tadi di pengangnya. Mereka mengangkat kedua tangannya di samping kepala.

Hora! Omaera! Yamete yo!! _ Hei! Kalian! Hentikan!!” laki-laki yang masuk apartment Ayu bertubuh langsing dan tingginya tembus 170 cm. Ayu mendongak menatapnya.

“Yutti~~!” seru Ayu dan juga Yuri hampir bersamaan. Nakajima Yuto yang dipanggil ‘Yutti’ itu tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya.

Ohayo!” katanya lagi. Yuri hendak memeluk Yuto saat tubuhnya terhenti karena telinga kanannya sudah ditarik ke atas oleh laki-laki yang tadi ada di belakang Yuto. Telinga Ryuutaro juga tak luput dari penarikan oleh laki-laki yang baru saja masuk lagi.

“Kou-Nii, Yuyan-Nii,” seru Ayu tak percaya mereka berdua ada disana.

“Yo!” ucap Yabu Kouta dan juga Takaki Yuya secara bersamaan. Mereka kemudian melihat anak nakal di depannya –yang telinganya ditarik oleh mereka.

Itazurakko omaera! _ Dasar anak nakal!” kata Kou-Nii dan juga Yuya-Nii secara bersamaan sambil menarik telinga Yuri dan Ryuutaro ke atas.

Aaaa, itai, itai, itai, _ Aaaa, sakit, sakit, sakit,” mereka berdua kesakitan.

Ayu tertawa melihatnya, “Hairimashou _ Ayo masuk.” kata Ayu kepada mereka. Semuanya mengangguk dan masuk ke dalam.

Mereka langsung masuk dapur karena di dapur terdengar suara ribut dari mereka.

Hora! Yama-chan! Kocchi ni iru doushitan da yo na? _ Hei! Yama-chan! Kenapa ada disini?” suara Daiki terdengar jelas sampai tempat Ayu berdiri di pintu depan. Ayu yang mendengarnya tersenyum.

Asagohan _ Sarapan.” Ryosuke yang merasa digerebek seperti itu hanya menjawab dengan wajah yang sok cool.

Hontou desu ka?? _ Benarkah??” Daiki tetap tak percaya. Ia meletakkan tas belanjaannya di atas meja dan duduk di samping Ryosuke.

Yuri yang datang lalu menghampiri Ryosuke dan memandangnya dengan jengkel. “Usotsuki! _ Pembohong!” sembur Yuri dan Ryuutaro bersamaan. Ryosuke yang melihat mereka datang hanya menatap mereka dan menyembur balik.

Urusee yo! _ Berisik!” kata Ryosuke.

Shinjiranai, _ Tak dapat dipercaya,” kata Yuri. “Kau curang!”

Ore janai _ Aku tidak.” Bela Ryosuke.

“Kau tidak melakukan apa-apa terhadap kakak ku, kan?” tanya Ryuutaro menatap Ryosuke dengan tatapan menuduh.

Ryosuke melihat Ryuutaro sebal. “Baka yaro! _ Dasar bodoh!” katanya. Ryuutaro menarik napas lega.

“Kalau sekedar menjamahnya aku sudah melakukannya.” Kata Ryosuke tanpa dosa dan terus makan.

Kouta-Nii menyemburkan air yang baru saja diminumnya –ia mengambil air dari kulkas sendiri. Yuya-Nii yang memegang sumpit, sumpitnya terlepas dari genggamannya. Yuto yang hendak duduk di kursi, sukses mendarat di lantai. Yuri dan Daiki secara bersamaan berteriak, “Nandato? _ Apa katamu?” dengan wajah sulit diartikan. Dan Ryuutaro, dia sampai mengeluarkan air mata.

Ryosuke merasa bersalah karena bercandanya keterlaluan. “Uso da.” Katanya lagi, disambut helaan napas lega dari mereka.

Yuto sudah duduk di kursi dengan benar, “Aku lapar.” Katanya.

“Aku dan Yuri baru saja belanja di supermarket.” Daiki ikut meminum jus jeruk jatah Ryosuke. Ryosuke cemberut.

“Ryo-chan, masak sesuatu untuk ku, donk!” Pinta Yuri.

“Tidak mau.” Tolak Ryosuke. Ia meminum jus yang tinggal separuh itu.

“Biar aku yang masak.” Kouta-Nii mengajukan diri. Ia mengambil celemek berwarna merah yang tergantung di dekat kulkas.

“Aku bantu.” Yuya-Nii juga ikut.


Ayu baru saja menutup pintunya dan berjalan kembali menuju dapur saat bel apartmentnya berbunyi lagi. Ia sempat jengkel.

Ayu membuka pintu tanpa bertanya. Ia mendapati 4 orang laki-laki sudah berdiri di depan sekarang. Satu sedang menyentuh bel hendak memencet lagi, tapi kemudian menurunkan tangannya saat tahu orang yang dirumah sudah keluar untuk membuka pintu. Ia tersenyum ke arah Ayu. Satu lagi bertubuh kekar dengan rambut dibuat jabrik, menatap Ayu dengan senyum yang tak mau lepas juga. Dan satu yang dibelakangnya sedang menopang kepala yang lain di bahunya.

“Yunyun.” Ayu menatap orang yang hendak memencet bel tadi. Nakayama Yuma, salah satu personil NYC yang diketuai oleh Ryosuke.

Hisashiburi..” Yuma mengangkat tangan kanannya menyapa Ayu.

Un, hisashiburi.” Ayu balas tersenyum ke arahnya.
Genki ka?” tanya Ayu, Yuma mengangguk memberi jawaban. “Yokatta!
“Keito-kun!” seru Ayu lagi saat melihat pria jabrik di depannya.

’Kun’ janai yo! _ Bukan ‘kun’.” Okamoto Keito mengoreksi sapaan Ayu kepadanya. Ayu hanya menampakkan giginya, tersenyum.

Saat ayu melihat dua orang dibelakang Keito, matanya membesar. “Are! Hikka-Nii doshita?”

Tanpa bisa membuka mata, Yaotome Hikaru mengeluarkan suaranya. “Haaaa....” membuat Ayu menelengkan kepalanya.

“Dia lapar.” Sebagai ganti Hikka-Nii, Inoo Kei yang merasa bahunya sakit gara-gara dagu Hikka-Nii menjawab pertanyaan Ayu.

“Aku akan masak sesuatu untuk kalian semua. Masuklah.” Kata Ayu senang.

Kei-Nii dan juga Hikka-Nii masuk duluan. Disusul Yuma yang menyerahkan rangkaian bunga lily putih kepada Ayu.

“Ku harap kau suka.” Kata Yuma.

Arigatou na,, kirei da ne.. _ Terimakasih,, cantiknya..” seru Ayu saat bunga lily sudah ada di tangannya. Yuma tersenyum dan masuk mengikuti Kei-Nii.

Keito masih ada di depan Ayu sekarang. Membuat Ayu bingung. “Nani?

Betsu ni _ Tidak.” Keito menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Memeluk Ayu sekilas dan ikut masuk. Ayu tertawa kecil.


Di dapur semuanya sudah berantakan. Kouta-Nii yang berusaha memasak okonomiyaki, menumpahkan adonannya di atas kompor. Yuya-Nii yang memang tidak bisa berada di dapur, memecahkan 2 butir telur di atas panci berisi air. Yuri ikut membantu, alih-alih memotong brokoli, telunjuk jari kanannya yang terkena irisan pisau. Membuat Ryuutaro panik melihat darah. Yuto yang sifatnya memang pencemas, segera mencari kotak P3K di lemari. Daiki tidak mau repot, ia hanya duduk sambil menopang dagunya dengan telapak tangan kanannya. Ryosuke yang sudah selesai makan sedang mencuci mangkuk bekasnya sambil tertawa keras.

Anatatachi ga nani yatte no ka na?? _ Apa yang sedang kalian lakukan??” teriak Ayu frustasi melihat dapurnya jadi sedemikian rupa. Semua yang ada di dapur menoleh ke sumber suara.

“Membuat okonomiyaki.” Jawab Kouta-Nii sambil menunjuk adonan okonimyaki di atas kompor.

“Kau sebut itu okonomiyaki?” Ayu membelalakkan matanya melihat adonan gagal di atas kompor.

“Menggoreng telur.” Kata Yuya-Nii saat mata Ayu beralih menatapnya. Mata Ayu membesar lagi.

“Kau merebusnya, bukan menggorengnya!” Ayu menunjuk telur yang sudah mengambang di atas air mendidih.

Yuri memperlihatkan jarinya yang teriris pisau dengan wajah kesakitan kepada Ayu. “Itai..” keluhnya.

“Apa yang bisa kau lakukan tanpa bantuan ku?” Ayu hampir menangis melihat Yuri begitu imut.

“Mencatok rambut aku bisa sendiri.” Jawab Yuri bangga. Ayu hampir melempar wajah bangga itu dengan bunga lily di tangannya, tapi ia urungkan.

“Ryuun! Jangan berlari disini!” Ayu menghentikan langkah Ryuutaro dengan menangkap kerah belakang bajunya.

Chi ga deru yo _ Darahnya keluar.” Kata Ryuutaro sambil memeluk Ayu.

“Hei, Ryuutaro! Kalau kau tidak melepaskan pelukanmu, kau akan melihat darah keluar dari tubuhmu!” ancam Ryosuke dan Yuri secara bersamaan.

Ryuutaro tak mengindahkan ancaman kedua kakak laki-lakinya itu. Dia terus memeluk Ayu. “Neechan, mereka kejam.” Kata Ryuutaro.

Daijobu, daijobu.” Ayu menenangkan Ryuutaro sambil menepuk puncak kepalanya dengan tangan yang bebas. Yuri dan Ryosuke geram.

Ayu melihat Yuto panik. “Ada di lemari nomor 4 dari kanan.” Ayu memberitahu Yuto letak kotak P3K.

Sankyu!” ucap Yuto saat menemukan kotak itu di lemari nomor 4. Segera ia berjalan ke arah Yuri dan mengobati luka Yuri.

Daiki berdiri hendak menghampiri Ayu, tapi Yuma dan Keito sudah menarik lepas Ryuutaro dari Ayu.

“Itu lebih baik.” Kata Daiki sambil duduk kembali. Kei-Nii mendudukkan Hikka-Nii di dekat Daiki duduk, dan dia sendiri juga duduk di sampingnya.

Ayu benar-benar kesal sekarang. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil vas lagi. Kali ini berwarna putih bersih. Ditaruhnya bunga lily pemberian Yuma dalam vas itu, dan menaruhnya di sudut ruangan. Ayu tersenyum puas.

Ayu menghampiri Kouta-Nii dan mengulurkan tangan meminta adonan okonomiyaki yang masih tersisa di tangan Kouta-Nii. Kouta-Nii tanpa bisa mengelak lagi –Ayu menatapnya dengan galak, menyerahkan adonan kepada Ayu. Yuya-Nii yang merasa dirinya juga sedang dipelototi oleh Ayu sekarang, hanya bisa tersenyum bersalah dan mematikan kompor. Yuri sudah memakai celemek merah yang tadi dipakai oleh Kouta-Nii, ia berdiri di samping Ayu sekarang, sambil memegang pisau dan jari telunjuk tangan kanannya sudah terbungkus plester.

Ayu mengangkat alisnya saat menatap mata Yuri. “Aku bisa bantu, kok.” kata Yuri merasa keahlian memasaknya dipertanyakan. Ayu mengangguk.

“Ryosuke apa kau,,” Ayu hendak meminta bantuan Ryosuke,

“Aku tidak mungkin diam melihatmu memasak untuk semua orang yang ada disini sendirian.” Kata Ryosuke sambil meletakkan mangkuk yang tadi dicucinya. “Ada celemek lagi?” tanya Ryosuke kemudian.

Ayu mengangguk, berjalan ke arah lemari dan membukanya. Ia menarik keluar celemek dapur berwarna dan bermotif senada dengan yang dikenakannya sekarang. Ia sempat ragu ingin menyerahkannya atau tidak.

“Anu, kalau kau tidak keberatan,,”

“Tentu saja tidak.” Ucap Ryosuke sambil menarik celemek dari tangan Ayu. “Dengan begini kita benar-benar serasi.” Tambahnya lagi sambil mengenakan celemek di badannya. Wajah Ayu memerah lagi. Yuri memperhatikan.

“Kau curang!” sembur Yuri. Ryosuke yang merasa menang telak hanya terkekeh.

Niichan, yamete yo!” Ryuutaro mengatakannya dengan sedikit kesal kepada Ryosuke dan juga Yuri.

Ryosuke dan Yuri menatap Ryuutaro. “Anak kecil.” Kata keduanya.

“Siapa yang kecil? Lihat tinggi badan kalian!” Ryuutaro benar-benar tak ingin kalah.

Ryosuke merasa tersinggung dengan kata ‘tinggi badan’. Jujur saja, dia kalah 2 cm dari Ryuutaro tentang tinggi badan. Dan dia menang 3 cm dari Yuri.

“Jika kalian bertengkar disini, aku tidak akan segan-segan mengusir kalian keluar dari sini sekarang juga.” Ancaman Ayu keluar saat ia melihat mata Ryosuke dan Yuri berkilat memandang adik kecilnya. Semuanya tanpa terkecuali menggerang.

“Aku tidak bertemu dengan mu selama seminggu, lho!” Yuma, Ryosuke dan Yuri mengingatkan Ayu secara bersamaan. NYC shooting di New York untuk promo single terbaru selama seminggu. Pagi tadi baru tiba di Jepang. Ayu tak habis pikir, kenapa setelah tiba di Jepang mereka tidak pulang ke rumah masing-masing? Ia takut di demo 11 ibu gara-gara anaknya tidak langsung pulang kerumah.

“Aku tidak mau pulang.” Yuri melipat tangannya di depan dada, cemberut.

“Aku tetap disini.” Yuma menatap Ayu dengan serius.

“Aku tidak bisa meninggalkan mu.” Kata Ryosuke, menatap Ayu dengan mata teduhnya.

“Sudah 3 hari kami tidak melihatmu.” Kouta-Nii mengucapkan kalimat yang membuat Ayu menoleh padanya.

“Eh?” Ayu menelengkan kepalanya. “Sou desu ne..” ucapnya lagi sambil mengangguk-angguk.

Benar saja, selama 3 hari ini Ayu sibuk dengan pekerjaannya di luar JUMP. Hari pertama ia harus menata rambut anggota senior, KAT-TUN, yang sedang tampil di acara musik yang diadakan setiap sebulan sekali di Nichi TV. Hari kedua ia sibuk dengan Jonnhy's Junior. Dan hari ketiga ia membuat laporan, dan sesekali mendengar keluhan para personil Kanjani8 tentang rambut mereka. Dan hari ini ia dibebastugaskan untuk sehari penuh. Libur sehari.

“Asal kau tahu saja, kami rindu padamu.” Kei-Nii mengatakan kalimat yang bisa membuat Ayu mati berdiri. Seorang Kei-Nii mengatakan hal itu???

Hontou desu ka?” tanya Ayu tak percaya.

Yuto berjalan ke arah Ayu dan menepuk pundaknya pelan. “Sou! _ Benar!” katanya. “Aku juga bantu masak ya?” tanya Yuto yang disambut anggukan kepala Ayu dan Ryosuke. Yuri langsung berhambur memeluk Yutti-nya.

Hikka-Nii dan Yuya-Nii mengacungkan ibu jarinya. “You are the best.” Kata mereka kepada Ayu, yang disambut Ayu dengan senyum terbaiknya.

Keito melihat kedua seniornya dengan tatapan takjub. “You two talked with english? Why you not tell to me if you can to speak with english? I very happy to know if you two can that language. And so...”

Yemero!” ucap Hikka-Nii frustasi, mengangkat tangannya di depan Keito untuk menghentikan Keito bicara lagi.

“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.” Yuya-Nii menggelengkan kepalanya sambil memeganginya.

Wajah Keito berubah dari tatapan takjub ke keadaan sedih. Ryuutaro menepuk bahunya berusaha menghiburnya. “Sudah, sudah. Jangan sedih.” Ucap Ryuutaro. “Lihat tampang mereka berdua yang menyedihkan itu. Mana mungkin mereka sempat belajar bahasa inggris. Iya kan?”

Keito melihat Ryuutaro dengan pandangan sulit diartikan. “Kau ini kecil tapi mengesalkan, ya!” ucap Daiki sambil melingkarkan tangannya di leher Ryuutaro dari belakang. Ryuutaro terkekeh tertahan.

Ayu benar-benar bahagia melihat mereka. Selama 1 tahun ini dia bersama mereka. Selama 1 tahun ini dia tak hentinya bersyukur. Selama 1 tahun ini adalah waktu yang benar-benar berharga. Selama 1 tahun ini dia merasa sudah dekat dengan semuanya tanpa terkecuali. Selama 1 tahun ini, ia bangga bisa berjuang bersama mereka. Menjadi bagian dari mereka. Dan akan dia jaga sampai kapan pun juga.

Watashi no koto ga suki desu ka? _ Kalian menyukaiku?” tanya Ayu menghentikan perdebatan mereka.

Mochiron suki desu! _ Tentu saja suka!” semuanya menjawab secara bersamaan. Membuat Ayu tertawa senang lagi.

Yokatta.” Ucap Ayu.

“Baiklah, ayo kita masak!!!” seru Ayu yang dijawab semua orang dengan kepalan tangan ke atas dan berteriak “Yooosssshhh!!!



=======================


OWARIIIIIIIIIIIIIIIII
Kehkehkehkeh
kali ini setting'a tak taro di japan ea..
buat Anya, coir nih,,
tp sblum'a uda q sms kan..
chapter 5 buat q..
hehehe
#PLAKK

Hm,
utk pmberitahuan nih,,
bkal ngadat ampe 1bulan isa..
q suibuk buanget pake sekali..
maklum, dpet krjaan baru.
*gayanya~
tpi bneran lho!
q kan hairstylist yg msti trun tangan.
#PLAKK

hohohohohohoho

Saigo ni,
Minna-san, hontou ni arigatou gozaimasu~~~
yonda dakara, matte dakara, suki dakara,
Ja ne!
Ayu deshita!
\^o^/